SOUNDANGER 2017

#jembermetalheads #soundanger2017

Akhirnyaaaaaaaaa!!!!

Cukup sudah basa-basi yang dianggap omong kosong dan sama sekali tidak membentuk apa-apa dan tidak melahirkan suatu kegiatan apapun!

Selama 3 bulan belakangan ini ramai sudah yang berbicara tentang betapa suksesnya sebuah even di Kota Jember ini disela-sela pekerjaan kita masing-masing. Dari membantu Batman begadang sambil mengurusi kedai sampai jadi sidekick-nya Spiderman merajut serat kain untuk bahan kaos dan menyablon. Yap that its; SOUNDANGER 2017!!! ( diiringi gemuruh suara snare dan cymbal hahahaha...)

Berkenaan dengan skena Underground di Kota Jember Yang semakin sekarat dan tidak produktif, beberapa teman deka akhirnya terjadilah apa yang diidam-idamkan banyak Metalheads dimanapun ia berada. 2 hari digelar dengan penuh perjuangan, kerja keras, memeras otak dan derai keringat, tentunya tanpa air mata (karena kita gak sempet nangis, soalnya capek dan perasaan girang luar biasa itu yang tercampur aduk hahahaha...)

Dalang dan aktor dibalik layar dari acara tematik Soundanger 2017 ini lagi-lagi digawangi oleh Metalheads senior. Hey, bukan karena senioritas, tapi entah karena nyali atau keberanian para Metalheads muda yang kurang atau bagaimana. Yah itu sekedar opini, tapi bisa lah buat Kickstarter untuk melecutkan energi besar yang para Metalheads miliki khususnya yang muda-muda. 

Oke mari sekarang kita bahas seberapa besarnya dampak dari ledakan tenaga SOUNDANGER 2017 bagi telinga kota Jember dan sekitarnya saat ini dan masa depan skena musik extreme. Tentang bagaimana merakit impian dan keinginan akan bebasnya berekspresi juga merdeka dalam berkarya, baik oleh pekerja seni dan pelaku skena Underground tanpa jajahan dari pihak manapun. Baik dari jajahan dalam bentuk laten maupun jajahan kinetik seperti hak warga negara Indonesia yang dijelaskan oleh UUD 1945 "Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan." 

Kemerdekaan bagi setiap orang sangatlah penting dan juga berbeda secara tafsir, orang-orang mempunyai gaya berbeda dalam memaknai sebuah kemerdekaan. Contoh kecil saja kebebasan dalam berekspresi bagaimana seseorang berani menyampaikan apa yang dia rasakan dan disandarkan pada kebenaran menurut keyakinanya. Kemerdekaan yang diartikan sebagai kebebasan berekspresi sering kali dijumpai dalam bermusik, "sebab musik adalah bahasa yang luas dan bisa terjadi dimanapun." (BUSUK WEBZINE.com : Interview Addy Gembel) 

Karena menurut saya Musik merupakan sesuatu yang bisa menggambarkan dan menceritakan suatu hal yang luas menjadi ringkas dibalut lengkap beserta emosi yang tertoreh melalui komposisi suara/bunyi instrumen dan kata-kata yang di-nada-kan.

Boleh kita review sedikit tentang bagaimana even ini berlangsung selama 2 hari dan support yang luar biasa dari 60 band lokal, bukankah ini mencengangkan!? Ya tentu saja ini adalah salah satu kejadian yang harus dicatat dalam sejarah perkembangan musik di Kota Jember. Mungkin 10-20 tahun kedepan; SOUNDANGER masih menggurita dan mencengkeram skena Underground dan bukan tidak mungkin nantinya menjadi perbincangan kontroversial karena sebuah skena yang dianggap kacau ini bisa bikin even musik selama 2 hari tanpa henti dengan suasana tetap kondusif dan terkendali... Hell yeah, we should be proud, man!!!

Dari beberapa interview yang dilakukan oleh salah satu media partner yang ikut ambil andil dalam kesuksesan even tersebut; yaitu sebuah tv lokal disebutkan bahwa hingar bingar pesta dan pertunjukan musik anak muda perlu sering diadakan karena ini adalah wadah bagi anak-anak muda dan ajang silaturahmi bagi berbagai genre musik cadas seperti Punk, Hardcore, Grindcore, Deathmetal, Blackmetal dll. 

Semua genre berkontribusi di event ini dan sebagai wadah lintas genre musik extreme agar bersatu. (Fahmi –ketua panitia Soundanger 2017)

Saya rasa ini acara pertama di Jember yang menggabungkan segala genre musik dan bisa dibilang ini acara halal bihalal akbar. Karena di musik gak ada senioritas, yang ada adalah siapa yang mau maju dan berkarya. (Andy Bottle)

Acara yang sangat tematik dengan genre musik, patut di-apresiasi dan kalo bisa terus lanjut dan ber-regenasi (Agus Murdock)

Lebih lanjut tentang SOUNDANGER 2017 bisa kalian check @Interview SBCTV https://www.youtube.com/watch?v=mCLTIbowu8w


Seperti yang kita tahu bahwa Extreme musik di tanah air semakin berkembang dan terus berlari kencang tak mengenal usia dan jaman, jadi sekali lagi mari kita bersatu dan tetap pelihara persaudaraan dan kesadaran. Kita sudah mendekati era extreme musik yang masif dan dinamika didalamnya sangatlah spartan. 

Hail Jember Metalheads!

Stand on your own feet to feed your own!!!

YANG MULAI HILANG DAN DITINGGALKAN



Betapa dunia kini berlari kencang, betapa cepat sesuatu jadi masa lalu. Serasa ribuan tahun sudah media ini stagnan dan tidak memproduksi apapun. Tak ada tangan usil dan jari-jari nakal yang menyentuhnya... Dan saya sendiri?? Njiiirrr ane sibuk, sesibuk sibuknya alien yang sedang berencana untuk menguasai alam semesta setelah menulis skripsi lalu menulis lamaran kerja, lalu ada saat memulai hari-hari dengan Alkohol, mengakhirinya dengan Cannabinoids dan kemudian bla bla bla.. HAHAHAHAHA...

Setelah beberapa tahun ini perkembangan musik Metal dan geliat Undergrounder di kota Jember nampak LESU, kenapa?? -Sebuah pertanyaan besar yang ane dapet dari beberapa teman dari luar kota Jember dan seorang Metalheads dari negara tetangga, Malaysia.

Apa yang harus anda jawab jika berada diposisi ane?? Tidak ada!!!

Kenapa ane harus posting keluh kesah ini mungkin kalian semua tau. Ini karena kecintaan ane pada skena musik extreme dikota Jember, tetapi mungkin beberapa penggiat musik Metal dan Undergrounders merasakan juga hal yang sama.

Apakah gejala yang lumrah saja, sebagai bagian dari dinamika budaya kita saat berhadapan dengan kultur global yang dipenetrasi dengan deras melalui perkembangan genre musik lain??

Ohh tidak, jangan!!! Musik Metal dan para Metalheads tidak selemah itu!!!

Mungkin para generasi penerus kita lebih malas dari yang ane bayangin, mungkin juga mereka nggak punya motivasi untuk belajar dan meminta bimbingan pada senior?? Pendorong dan starter engine yang saya tau kemana aja tuh kok gak bergeming, menularkan ide dan merubah adik-adik kita jadi produktif?? Apa pada sibuk membesarkan bandnya sendiri?? Fuck you man, you should died strucked by lightning!!!

Baiklah, periksa baik-baik bagi jawaban yang dengan segera mengafirmasikan dan mengiyakan pertanyaan-pertanyaan itu. Karenaa, sadar atau tidak, semua perilaku diatas sekedar permukaan atau simtom dari pergeseran sikap para senior yang lebih dominan sebenernya.

Berarti ini adalah sebuah ancaman eksternal skena kita, hambatan yang menengarai sikap apatis generasi Metalheads berikutnya.

Apakah intervensi diperlukan agar kita para penggeliat skena bisa menularkan skill, ideologi dan kemampuan kita agar skena kita lebih kaya, diperhitungkan, dikenal dan berbahaya?? jawabannya; 100% IYA!!!

Sekedar saran; Kita harus lebih keras dan ganas dengan intervensi internalisasi kultur terlebih dahulu pada generasi Metalheads di skena kita dengan beberapa media ataupun gawai teknologis terbaru dengan fitur futuristik jika perlu...

Mungkin kita tetap mencintai musik Metal, kita juga masih menggunakan atribut-atribut Metal dan apapun itu tidak akan menjadi besar dan hanya menjadi ampas yang tidak bernilai jika kita sikap kita masih skiptis-apatis terhadan skena kita dikota Jember.
Dan selama punya sikap "ingin belajar" maka menjadi tua bukan lagi perihal yang mencemaskan.

Octopuz - Semarang Stoner Rock


Semarang - Lambat, bertenaga, dalam, dan berat. Empat hal tersebut yang menggambarkan musik yang diusung oleh Octopuz, unit stoner metal asal kota Semarang. Secara nama band pun mereka rasa cocok dengan musik yang mereka mainkan; Octopus atau gurita, sebuah makhluk dalam air berukuran raksasa, lambat namun bertenaga dan buas, sangat mewakili musik stoner metal yang mereka bawakan.
Mereka adalah Haryo (vokal), Brury (gitar), Gatot (gitar), Inu (bass), dan Asa (drum). Lima pemuda kugiran yang sebenarnya telah lama malang melintang di dalam scene musik bawah tanah di kota Semarang, apalagi Brury dan Inu yang merupakan pentolan band death metal yang disegani, Throats Of Panic.
Terbentuk di akhir 2008 ketika Brury ingin membentuk band metal yang berbeda dari band-band metal lainnya di Semarang yang pada saat itu cukup seragam, dimana death metal dan metalcore mendominasi band-band metal kota atlas saat itu.

Brury lalu mengajak kawan-kawannya, Gatot, Eka, dan Asa untuk turut memperkuat band yang baru dibentuknya. Lalu mereka merekrut Haryo sebagai vokalis, yang sebenarnya sudah lama vakum dari kegiatan bermusik namun kemudian terbujuk dan ikut mengisi formasi Octopuz. Namun tak berselang lama, Eka digantikan oleh Inu karena masalah pekerjaan, dan formasi tersebut bertahan hingga kini.
Tak lama setelah terbentuk formasi yang kokoh, mereka langsung masuk studio rekaman dan mengeksekusi materi-materi yang telah terkumpul dan semuanya terangkum dalam album mini bertajuk I yang berisi empat lagu.
“Wah, prosesnya sangat panjang sekali. Kami take dari pagi hingga sore, mungkin ada personel yang kerja sampai dibela-belain bolos kerja, bolos kuliah juga. Kami take setelah beberapa bulan setelah band terbentuk,” ungkap Inu mengenai penggarapan album mini pertama mereka.

Mereka pun sempat mencicipi ajang-ajang seperti LA Light Indiefest. Saat kompetisi band tersebut digelar pada 2009, Octopuz sempat masuk ke dalam 100 band terbaik nasional, kemudian pada gelaran 2010 mereka mencapai tahap 50 band terbaik nasional.
“Sebenarnya sih kami nggak terlalu berharap banyak dari ajang itu, cuma kami pengin tahu gimana sih respon audiens dan khalayak musik Indonesia dengan konsep musik yang Octopuz sajikan. Pengin jadi tolok ukur saja,” tutur Brury.

Pada 2010, Octopuz sempat meluncurkan single “Purifikasi Dosa Semesta”, yang nantinya masuk di album mini mereka. Lagu tersebut juga yang berhasil membawa mereka menuju panggung Rock In Solo 2011 dan menarik perhatian Girez Records sehingga kontrak pun ditandatangani di awal 2012.

Setelah dua tahun berselang, mereka akhirnya melepas rilisan baru berbentuk album mini beramunisi enam lagu sarat riff-riff stoner rock yang bluesy namun bertenaga. Pengaruh dari band seperti Down dan Maylene And The Sons Of Disaster terasa kental disana-sini. Mereka juga mengaku ketika proses penggarapan cukup dipengaruhi oleh band Seattle seperti Alice In Chains, band pionir heavy metal seperti Led Zeppelin, Dokken, dan Whitesnake, bahkan sang bassist menyebutkan Pink Floyd sebagai salah satu referensi dalam album mini tersebut.
Mereka juga mengungkapkan bahwa pengaturan drums yang mereka gunakan ketika proses rekaman telah diupayakan sedemikian rupa mirip seperti drum set milik mendiang drummer legendaris Led Zeppelin, John Bonham, agar mendapatkan sound yang menurut mereka mentah dan tidak terkesan modern.


Musik stoner rock atau sludge metal di luar sana kita tahu selalu identik dengan ganja atau rawa-rawa, karena konon banyak daerah rawa-rawa di New Orleans dan Lousiana atau tempat-tempat di selatan Amerika Serikat dimana musik seperti itu tumbuh berkembang dengan subur seperti layaknya tanaman cannabis yang mereka hisap. Bahkan band lokal seperti Komunal sempat menggunakan pernak-pernik itu dalam artwork mereka. Octopuz sendiri mengaku tidak ambil pusing dengan hal-hal seperti itu.
“Kalau disana emang bener seperti itu kan. Kita sesuaikan dengan kondisi aja, masak ‘Wah kita harus ngeganja melulu nih, nggele’ melulu,’ susah juga kan. Jadi kami cuma pengin nyampein bahwa Octopuz itu ya seperti ini. Kalau memang pengin identik dengan hal-hal seperti itu, itu sih kalau memang menurut kami tergantung invidu itu sendiri menyikapinya,” seloroh Brury.
Untuk rencana berikutnya, Octopuz ingin mengadakan tur kecil-kecilan di pulau Jawa, terutama bagian timur pada akhir tahun ini. Dan tak lupa pula mereka bertekad ingin merilis album penuh.
“Dimana di album baru nanti Octopuz akan menuangkan sesuatu yang baru di album tersebut dan lebih mengeksplor lagi dari album sebelumnya,” pungkas Inu. Dan mereka telah siap melebarkan jangkauan tentakel mereka ke pelosok negeri.