Semarang -
Lambat, bertenaga, dalam, dan berat. Empat hal tersebut yang menggambarkan
musik yang diusung oleh Octopuz, unit stoner metal asal kota Semarang. Secara
nama band pun mereka rasa cocok dengan musik yang mereka mainkan; Octopus atau
gurita, sebuah makhluk dalam air berukuran raksasa, lambat namun bertenaga dan
buas, sangat mewakili musik stoner metal yang mereka bawakan.
Mereka adalah Haryo (vokal), Brury (gitar),
Gatot (gitar), Inu (bass), dan Asa (drum). Lima pemuda kugiran yang sebenarnya
telah lama malang melintang di dalam scene musik bawah
tanah di kota Semarang, apalagi Brury dan Inu yang merupakan pentolan band
death metal yang disegani, Throats Of Panic.
Terbentuk di akhir 2008 ketika Brury ingin
membentuk band metal yang berbeda dari band-band metal lainnya di Semarang yang
pada saat itu cukup seragam, dimana death metal dan metalcore mendominasi
band-band metal kota atlas saat itu.
Brury lalu mengajak kawan-kawannya, Gatot, Eka,
dan Asa untuk turut memperkuat band yang baru dibentuknya. Lalu mereka merekrut
Haryo sebagai vokalis, yang sebenarnya sudah lama vakum dari kegiatan bermusik
namun kemudian terbujuk dan ikut mengisi formasi Octopuz. Namun tak berselang
lama, Eka digantikan oleh Inu karena masalah pekerjaan, dan formasi tersebut
bertahan hingga kini.
Tak lama setelah terbentuk formasi yang kokoh,
mereka langsung masuk studio rekaman dan mengeksekusi materi-materi yang telah
terkumpul dan semuanya terangkum dalam album mini bertajuk I yang berisi empat lagu.
“Wah, prosesnya sangat panjang sekali. Kami take dari pagi
hingga sore, mungkin ada personel yang kerja sampai dibela-belain bolos kerja,
bolos kuliah juga. Kami take setelah
beberapa bulan setelah band terbentuk,” ungkap Inu mengenai penggarapan album
mini pertama mereka.
Mereka pun sempat mencicipi ajang-ajang seperti
LA Light Indiefest. Saat kompetisi band tersebut digelar pada 2009, Octopuz
sempat masuk ke dalam 100 band terbaik nasional, kemudian pada gelaran 2010
mereka mencapai tahap 50 band terbaik nasional.
“Sebenarnya sih kami nggak terlalu berharap
banyak dari ajang itu, cuma kami pengin tahu gimana sih respon audiens dan
khalayak musik Indonesia dengan konsep musik yang Octopuz sajikan. Pengin jadi
tolok ukur saja,” tutur Brury.
Pada 2010, Octopuz sempat meluncurkan single
“Purifikasi Dosa Semesta”, yang nantinya masuk di album mini mereka. Lagu
tersebut juga yang berhasil membawa mereka menuju panggung Rock In Solo 2011
dan menarik perhatian Girez Records sehingga kontrak pun ditandatangani di awal
2012.
Setelah dua tahun berselang, mereka akhirnya
melepas rilisan baru berbentuk album mini beramunisi enam lagu sarat riff-riff
stoner rock yang bluesy namun
bertenaga. Pengaruh dari band seperti Down dan Maylene And The Sons Of Disaster
terasa kental disana-sini. Mereka juga mengaku ketika proses penggarapan cukup
dipengaruhi oleh band Seattle seperti Alice In Chains, band pionir heavy metal
seperti Led Zeppelin, Dokken, dan Whitesnake, bahkan sang bassist menyebutkan
Pink Floyd sebagai salah satu referensi dalam album mini tersebut.
Mereka juga mengungkapkan bahwa pengaturan drums
yang mereka gunakan ketika proses rekaman telah diupayakan sedemikian rupa
mirip seperti drum set milik mendiang drummer legendaris Led Zeppelin, John
Bonham, agar mendapatkan sound yang
menurut mereka mentah dan tidak terkesan modern.
Musik stoner rock atau sludge metal di luar sana
kita tahu selalu identik dengan ganja atau rawa-rawa, karena konon banyak
daerah rawa-rawa di New Orleans dan Lousiana atau tempat-tempat di selatan
Amerika Serikat dimana musik seperti itu tumbuh berkembang dengan subur seperti
layaknya tanaman cannabis yang mereka
hisap. Bahkan band lokal seperti Komunal sempat menggunakan pernak-pernik itu
dalam artwork mereka. Octopuz sendiri mengaku tidak ambil
pusing dengan hal-hal seperti itu.
“Kalau disana emang bener seperti itu kan. Kita
sesuaikan dengan kondisi aja, masak ‘Wah kita harus ngeganja melulu nih,
nggele’ melulu,’ susah juga kan. Jadi kami cuma pengin nyampein bahwa Octopuz
itu ya seperti ini. Kalau memang pengin identik dengan hal-hal seperti itu, itu
sih kalau memang menurut kami tergantung invidu itu sendiri menyikapinya,”
seloroh Brury.
Untuk rencana berikutnya, Octopuz ingin
mengadakan tur kecil-kecilan di pulau Jawa, terutama bagian timur pada akhir
tahun ini. Dan tak lupa pula mereka bertekad ingin merilis album penuh.
“Dimana di album baru nanti Octopuz akan
menuangkan sesuatu yang baru di album tersebut dan lebih mengeksplor lagi dari
album sebelumnya,” pungkas Inu. Dan mereka telah siap melebarkan jangkauan
tentakel mereka ke pelosok negeri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Orang BODOH, GOBLOK, IDIOT, cuma bisa baca, ga pake komentar !!